Content writer sekaligus penikmat budaya digital. Blog ini saya buat sebagai wadah menulis opini, analisis, dan catatan pribadi tentang komunikasi, media, dan tren masyarakat.

Fenomena Job Hugging di Tengah Tekanan Ekonomi

14 jam lalu
Bagikan Artikel Ini
img-content
Job Hugging
Iklan

Generasi muda memilih bertahan di pekerjaan meski tanpa kepastian, fenomena job hugging yang tumbuh di tengah ekonomi melemah.

***

Fenomena job hugging semakin nyata di kalangan generasi muda Indonesia. Istilah ini menggambarkan pilihan untuk bertahan pada satu pekerjaan meski tidak sepenuhnya sesuai dengan minat atau ekspektasi. Di tengah kondisi ekonomi yang penuh tekanan, bertahan dianggap sebagai langkah paling aman.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan tingkat pengangguran terbuka pada Februari 2025 berada di angka 4,76 persen. Meski turun dari tahun sebelumnya, angka ini tetap menunjukkan betapa ketatnya persaingan kerja, terutama di sektor formal yang terbatas menyerap tenaga kerja baru.

Banyak lulusan baru akhirnya memilih tidak bergerak kemana-mana, lebih aman bertahan daripada harus menghadapi risiko menganggur. Survei ketenagakerjaan juga mencatat lebih dari separuh pekerja muda merasa pekerjaannya tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan atau keterampilan utama. Tapi kenyataannya, mereka tetap bertahan.

Alasannya sederhana yakni kebutuhan hidup semakin mahal, gaji lebih tinggi sulit ditemukan, dan rasa aman dari penghasilan bulanan jauh lebih penting daripada ambisi pribadi.

Fenomena ini muncul seiring ekonomi yang belum sepenuhnya pulih. Perusahaan lebih hati-hati membuka lowongan, bahkan ada yang melakukan efisiensi hingga pemutusan hubungan kerja. Di tengah kondisi seperti ini, tidak aneh bila banyak anak muda memilih jalan realistis yakni memeluk erat pekerjaan yang sudah ada, meski kadang rasa stagnasi dan ketidakpuasan ikut membayangi.

Perubahan cara pandang terhadap karier pun terasa jelas. Jika dulu job hopping dianggap kunci untuk menambah pengalaman, kini stabilitas lebih dijunjung tinggi. Generasi muda rela menahan ambisi, demi kepastian gaji bulanan dan rasa aman yang mereka butuhkan.

Namun, bertahan terlalu lama di tempat yang tidak sesuai juga menyimpan risiko. Motivasi bisa meredup, produktivitas menurun, bahkan kesempatan untuk berkembang perlahan hilang.

Fenomena job hugging pada akhirnya bukan hanya soal pilihan individu, tetapi juga memperlihatkan tantangan besar dalam dinamika kerja di Indonesia hari ini.

Di tengah ketidakpastian, wajar bila anak muda lebih memilih jalan aman. Tetapi pertanyaan yang muncul, apakah fenomena ini akan menjadi wajah baru dunia kerja Indonesia, atau hanya fase singkat sebelum generasi muda kembali berani melangkah keluar dari zona nyaman mereka?

Bagikan Artikel Ini

Baca Juga











Artikel Terpopuler